Skip to main content

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan

Abul Qosim al Junai Ibnu Muhammad al Khazzaz al Nihawandi (Junaid al Baghdadi) adalah anak dari seorang pedagang barang pecah belah dan keponakan dari Sarri as Saqathi. Ia merupakan pemimpin sebuah mazhab yang besar dan berpengaruh. Ia wafat di Baghdad pada tahun 298 H/910 M.

Belajar Keyakinan dari Seorang Pemangkas Rambut

"Aku belajar keyakinan yang tulus dari seseorang pemangkas rambut," kenang Junaid, dan ia pun mengisahkan cerita berikut ini.

Suatu kali, saat aku ada di Makkah, seorang pemangkas rambut tengah mencukur rambut seorang lelaki terhormat. Aku berkata pada, "Demi ALlah, dapatkah engkau memangkas rambutku?"
"Ya tentu saja," katanya sambil bercucuran air mata; ia tidak menyelesaikan pekerjaannya terhadap lelaki terhormat itu.
"Berdirilah," katanya. "Saat nama Allah di ucapkan, yang lain harus menunggu."
"Ia pun mendudukanku, mencium kepalaku, dan mencukur rambutku. Lalu ia memberikanku sebuah bungkusan kertas yang berisi sejumlah koin kecil.

"Belanjakanlah uang ini untuk keperluanmu," katanya. Akupun berketetapan hati untuk memberikan padanya hadiah pertama, yang kuterima. Tidak beberapa lama, aku dihadiahi sekantong emas dari Bashrah. Aku membawa emas itu ke si tukang cukur.

"Apa ini?" ternyata. Aku menjelaskan, "Aku telah berketetapan hati, bahwa hadiah pertama yang aku terima, akan aku berikan kepadamu. Aku baru saja mendapatkan ini."

Saudara Seiman

"Zaman sekarang ini, saudara seiman makin sedikit dan makin sulit untuk ditemui.," kata seorang lelaki di hadapan Junaid.

Junaid menyela, "Jika engkau mencari seseorang untuk menanggung bebanmu, memang orang seperti ini jarang dan sulit ditemui. Namun jika engkau mencari seseorang untuk engkau pikul bebannya, orang seperti itu banyak dan dapat jumpai bersamaku."

Suatu makam, seorang pencuri memasuki kamar Junaid. Setelah melihat tidak ada apa-apa di dalam kamar Junaid kecuali sehelai pakaian, pencuri itu pun mengambil pakaian itu lalu pergi.
Keesokan harinya, Junaid melewati pasar dan melihat pakaiannya ada ditangan seorang pedagang yang tengah menawarkanya pada seorang lelaki.

"Sebelum membelinya, aku ingin engkau menghadirkan seorang saksi bahwa pakaian ini memang benar-benar milikmu," kata calon pembeli.
Junaid pun mendekat dan berkata, "Aku siap untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar miliknya."
Akhirnya lelaki itupun membeli pakaian tersebut.


Seorang lelaki membawa uang lima ratus dirham memberikannya kepada Junaid. "Apakah engkau memiliki sesuatu selain ini?" tanya Junaid padanya.

"Ya, banyak," jawab lelaki itu. "Apakah engkau butuh lebih?"
"Ya,"
"Kalau begitu, bawalah kembali uangmu ini," kata Junaid. "Engkau lebih berhak atasnya. Aku tidak mempunyai apa-apa, dan aku tidak membutuhkan apa-apa."

Seorang wanita tua menemui Junaid dan berkata, "Anak lelakiku hilang. Berdoalah agar ia kembali."
"Sabarlah," kata Junaid padanya. Wanita tua itu menunggu dengan sabar selama beberapa hari. Lalu ia kembali menemui Junaid.
"Sabarlah," Junaid mengulangi jawabannya. Hal ini berulang selama beberapa kali. Akhirnya wanita tua itu datang dan berkata, "Kesabaranku telah habis. Berdoalah kepada Allah."
"Jika engkau berkata benar,"Kata Junaid,"maka anak lelakimu telah kembali, Allah berfirman, 'Dialah yang menjawab orang terdesak, saat ia menyeru-Nya."

Kemudian Junaid pun memanjatkan do'a, saat wanita tua itu kembali  ke rumahnya anak lelakinya telah kembali.

Demikian kisah singkat tentang Abul Qasim Al Junaid semoga dengan kisah pendek ini dapat mengambil pelajaran. Cerita ini bersumber dari Majalah Cahaya Sufi Terbitn 2007. 
Recent Post

Comments

  1. Pantas saja beliau diberi gelar wali quthub...keimanan yg tiada banding...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts

Berziarah ke Makam Waliyullah

Adap-adap dalam Berziarah Ke Makam Waliyulloh Ketika mau masuk pintu gerbang makam wali, mulai dengan kaki kanan. Jangan mengeluarkan suara dan hidupkan hati dengan dzikir khofi. Berjalanlah dengan khusu' sampai ke depan pintu makam. Sebelum duduk, sampaikan salam dengan lafadz berikut : Assalamu'alaikum Yaa Waliyyallohi Tahiyyatan Minnii Ilaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu. Artinya : "Salam bagimu wahai kekasih Allah, hormat dariku (sendiri)/dari kami (berombongan) dengan rahmat Allah dan berkah-Nya. Terus membaca surat Al-Faatihah dalam posisi masih berdiri. Selanjutnya duduk bersama-sama dan kontrollah dalam hati agar kondisi dalam keadaan sedang berdzikir khofi. Lalu bertawasullah dengan cara seperti di berikut ini : Bismillahir rahmanir rohimi, Ila hadl rotin nabiyyil musthofa muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallama wa 'ala alihi wa ash habihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahli baitihi wa liman dakhola fi baitihi ajma'ina, syay...

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Kadangkala mereka harus menghada...

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir Pengantar: Bagian ini memuat sebuah prosa yang dikutip dari Suluk · Linglung. Sebuah kitab klasik semacam kumpulan puisi yang berisi : dialog-pertemuan-dan wejangan Nabi Khidir kepada SunanKalijaga . Suluk ini aslinya berbahasa Jawa. menurut penelitiah : penulis isi dari suluk ini hampir sama dengan Serat Dewa Ruci yang  sebelumnya disinyalir oleh para sejarawan sebagai pertemuan Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir. Karena berupa suluk apalagi berisikan wejangan mahaguru para wali. maka orang awam tidak bisa hanya sekali baca langsung : mengerti. Ajaran-ajaran syari'at- ma'rifat-hakikat tingkat tinggi mewarnai suluk ini. PERTEMUAN SUNAN KALIJAGA DENGAN NABI KHDIR  Sete1ah menjalani latihan berat, berupa puasa dan riyadhah-riyadhah lainnya seperti dikubur hidup-hidup selama beberapa hari, Sunan Kalijaga menghadap gurunya yaitu Sunan Bonang. Berkata Sunan Bonang, "Muridku ketahuilah olehmu, jika kau ingin mendapatkan ...
Copyright © Tunjukilah Aku. All rights reserved.