Skip to main content

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir

Pengantar:

Bagian ini memuat sebuah prosa yang dikutip dari Suluk · Linglung. Sebuah kitab klasik semacam kumpulan puisi yang berisi : dialog-pertemuan-dan wejangan Nabi Khidir kepada SunanKalijaga. Suluk ini aslinya berbahasa Jawa. menurut penelitiah : penulis isi dari suluk ini hampir sama dengan Serat Dewa Ruci yang  sebelumnya disinyalir oleh para sejarawan sebagai pertemuan Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir.

Karena berupa suluk apalagi berisikan wejangan mahaguru para wali. maka orang awam tidak bisa hanya sekali baca langsung : mengerti. Ajaran-ajaran syari'at- ma'rifat-hakikat tingkat tinggi mewarnai suluk ini.

PERTEMUAN SUNAN KALIJAGA DENGAN NABI KHDIR 

Sete1ah menjalani latihan berat, berupa puasa dan riyadhah-riyadhah lainnya seperti dikubur hidup-hidup selama beberapa hari, Sunan Kalijaga menghadap gurunya yaitu Sunan Bonang. Berkata Sunan Bonang, "Muridku ketahuilah olehmu, jika kau ingin mendapatkan pengetahuan yang bersifat hidayatullah, naiklah haji, pergi ke Baitullah di Mekkah dengan hati tulus ikhlas.

Ambillah air zam-zam di Mekah. Itu adalah air yang suci dan sekaligus mengharap berkat syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw yang menjadi suri tauladan umat manusia.

Sunan Kalijaga tunduk patuh, setelah memberi hormat penuh takzim sebagaimana dilakukan seorang murid kepada gurunya maka ia mohon diri untuk mengerjakan apa yang dianjurkan gurunya yaitu pergi ke Tanah Suci Mengharap hidayah ilahi.

Konon Sunan Kalijaga menempuh jalan pintas, menerobos hutan, naik gunung turun jurang dan tanjakan, tetebingan didakinya memutar, tanpa terasa perjalannya tiba di tepi pantai. Hatinya bingung kesulitan menempuh jalan selanjutnya. Terhalang oleh samudra luas. Sejauh mata memandang yang nampak hanya air semata. Dia diam termenung lama sekali, memutar otak mencari jalan yang sebaiknya ditempuh.

Sementara itu, di tepi samudra syahdan seorang insan kamil yaitu Nabi Khidir as mengetahui seorang kedatangan Sunan Kalijaga yang tengah bingung. Nabi Khidir as mengetahui segala perjalanan yang dialami oleh Sunan Kalijaga dengan sejuta keprihatinan, karena ingin meraih hidayat. Berbagai cara telah ditempuh, juga melalui penghayatan kejiwaan dan berusaha mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi, namun mustahil dapat menemukan hidayat, kecuali kalau mendapatkan anugerah atau rahmat tlari Allah Yang Mahabenar.

Sementara itu Sunan Kalijaga temyata sudah terjun merenangi lautan luas, tidak mempedulikan nasib jiwanya sendiri, semakin lama Sunan Kalijaga, sudah hampir di tengah samudera, mengikuti jalan untuk mencapai hakikat yang tertinggi dari Allah, tidak sampai lama, sampailah di tengah samudera. Ternyata setelah Sunan Kalijaga, ada di tengah samudera, ia melihat seseorang, yang sedang berjalan tenang di atas air, siapa lagi orang yang mampu berjalan di atas air di tengah samudera, ia tak lain adalah mahaguru para wali yaitu Nabi Khidir as, yang tidak diketahui dari mana datangnya, sosok manusia suci yang penuh perbawa itu bertanya dengan lemah lembut :

"Hai Kalijaga apakah tujuanmu mendatangi tempat ini? Apakah yang kau harapkan? Padahal di sini tidak ada apa-apa? Tiada yang dapat dibuktikan, apalagi untuk dimakan, juga untuk berpakaian pun tidak ada. Yang ada hanyalah daun kering yang tertiup angin, jatuh di depanku, itu yang saya makan, kalau tidak ada tentu tidak makan. Senangkah kamu dengan melihat itu semua?

"Sunan Kalijaga, heran mengetahui penjelasan itu. Nabi Khidir as berkata lagi kepada Sunan Kalijaga, "Kalijaga di sini ini, banyak bahayanya, kalau tidak mati-matian berani bertaruh nyawa, tentu tidak mungkin sampai di sini, di tempat ini, segalanya tidak ada yang dapat diharapkan hasilnya." · "Mengandalkan pikiranmu saja masih belum apa-apa, padahal kamu: tidak takut mati. Kutegaskan sekali lagi, disini tidak mungkin kau dapatkan yang dapat diharapkan hasilnya"

Sunan Kalijaga bingung hatinya tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia menjawab, bahwa dia tidak mengetahui akan langkah yang sebaiknya perlu ditempuh selanjutnya. Semakin pelan ucapan Sunan Kalijaga, "Terserah bagaimana baiknya menurut guru:

Sang mahaguru Nabi Khidir as menebak, "Apakah kamu juga, sangat mengharapkan hidayahtullah (petunjuk Allah)?"

Sunan Kalijaga mengangguk penuh hormat.

Akhirnya Nabi Khidir as menjelaskan. "Ikutilah petunjukku sekarang ini!"


Recent Post

Comments

Popular Posts

Berziarah ke Makam Waliyullah

Adap-adap dalam Berziarah Ke Makam Waliyulloh Ketika mau masuk pintu gerbang makam wali, mulai dengan kaki kanan. Jangan mengeluarkan suara dan hidupkan hati dengan dzikir khofi. Berjalanlah dengan khusu' sampai ke depan pintu makam. Sebelum duduk, sampaikan salam dengan lafadz berikut : Assalamu'alaikum Yaa Waliyyallohi Tahiyyatan Minnii Ilaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu. Artinya : "Salam bagimu wahai kekasih Allah, hormat dariku (sendiri)/dari kami (berombongan) dengan rahmat Allah dan berkah-Nya. Terus membaca surat Al-Faatihah dalam posisi masih berdiri. Selanjutnya duduk bersama-sama dan kontrollah dalam hati agar kondisi dalam keadaan sedang berdzikir khofi. Lalu bertawasullah dengan cara seperti di berikut ini : Bismillahir rahmanir rohimi, Ila hadl rotin nabiyyil musthofa muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallama wa 'ala alihi wa ash habihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahli baitihi wa liman dakhola fi baitihi ajma'ina, syay...

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Kadangkala mereka harus menghada...
Copyright © Tunjukilah Aku. All rights reserved.