Skip to main content

Keistimewaan Bulan Dzulhijjah | Amalan Yang Dianjurkan


Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil dan malam bila berlalu. Pada Yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. (Surat Al-Fajr).
Berkata sementara ulama : Barang siapa berpuasa dalam hari-hari ini, dimuliakan oleh Allah dengan sepuluh keistimewaan : Barokah dalam umurnya, pertumbuhan harta bendanya, keselamatan keluarganya, penebusan dosa-dosanya, berlipat-ganda pahala-pahalanya, keringanan sakratul maut waktu matinya, penerangan dalam kuburnya, berat timbangan amalnya, keselamatan dari siksa kubur dan peningkatan kedudukannya.
Keistimewaan Kesepuluh Hari Dzulhijjah
Diriwayatkan bahwa Allah SWT. telah memilih dari tahun tiga kali sepuluhan : Sepuluh hari terakhir dar bulan Ramadhan karena adanya lailatul qadar, sepuluh bulan Dzulhijjah karena adanya karena adanya hari Tarwiyah, hari Arafat, hari-hari Qurban, talbiah dan hajji serta lain-lain manasik, sebagaimana diriwayatkan bahwa Allah swt. membanggakan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat dengan firman-Nya : "Hai malaikat-Ku ! lihatlah hamba-hamba-Ku yang datang dari segala penjuru yang jauh dalam keadaan cumpang-camping untuk mempersaksikan sebagai manfaat bagi mereka", dan sepuluh bulan Muharram karena terdapat di dalamnya barokah hari Asyura.
Diriwayatkan bahwa barang siapa berpuasa pada hari Arafat dalam bulan Dzulhijjah, akan tercatat baginya pahala puasa enam puluh tahun dan akan tercatat namanya di antara orang-orang yang khusu'.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :


Tidak ada hari-hari di mana amal saleh paling disukai oleh Allah dari pada hari-hari ini. Bertanya para sahabat : "Sakalipun jihat fisabilillah ya Rasulullah"? Rasulullah menjawab : "Sekalipun jihad fisabilillah, kecuali seorang yang yang dengan dirinya dan hartanya kemudian tidak kembali".

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
Tidak ada hari-hari di mana Allah disembah lebih disukai daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Puasa sehari didalamnya sama dengan puasa setahun, dan bersembahyang di malam harinya sama dengan sembahyang di malam Lailatul Qadar!.

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa bermunajat kepada Tuhan dan berkata : "Ya Tuhanku ! aku telah berdo'a namun Engkau tidak membalas do'aku. Ajarilah aku sesuatu yang dapat aku gunakan mendo'akan kepada-Mu. Allah menjawab : · "Apabila tiba sepuluh hari pertama bulan Dzulbijjah, ucapkanlah kalimat "Lailaha illallah" dan Aku akan mengabulkan hajatmu,  Nabi Musa berkata "Semua, bamba-Mu mengucapkannya ya Allah". Lalu Tuhan mewahyukan firman-Nya : "Hai Musa ! barangsiapa mengucapkan "Lailaha illallah"  sekali pada hari-hari ini, ucapan itu akan lebih berat dalam neraca daripada langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah ·saw. bersabda :


Hari pertama dari bulan Dzulhijjah adalah hari di mana Allah mengampuni Nabi Adam as., maka barang siapa berpuasa pada hari itu Allah mengampuni segala dosanya. Hari kedua ialah hari di mana Allah mengambulkan do'a Nabi Yunus dengan mengeluarkannya dari perut ikan, maka barang siapa berpuasa pada hari itu, seakan-akan ia telah beribadah selama setahun penuh dengan tiada melakukan sesuatua ma'siat sekejap matapun. Hari ketiga ialah hari di mana Allah mengabulkan do'a Zakaria, maka barangsiapa berpuasa pada hari itu Allah mengabulkan do'anya. Hari keempat adalah di mana Nabi Isa dilahirkan, maka barang siapa berpuasa pada hari itu di selamatkan dari kesengsaraan dan kemiskinan. Hari kelima adalah hari dimana Nabi Musa dilahirkan, maka barang siapa berpuasa pada hari itu akan bebas dari kemunafiqan dan adzab kubur. Hari keenam adalah hari di mana Allah membuka pintu kebajikan bagi Nabi-Nya, maka barang siapa berpuasa pada hari itu akan di pandang oleh Allah dengan penuh rahmat dan tidak akan diadzab. Hari ketujuh adalah hari di mana ditutup pintu - pintu Jahannam dan tidak akan dibuka kembali sebelum lalu hari yang kesepuluh, maka barang siapa berpuasa di hari itu, Allah menutup tigapuluh pintu kemelaratan dan kesukaran, serta membuka tigapuluh pintu kesenangan dan kemudahan. Hari kedelapan adalah hari "Tarwiyah", barang siapa berpuasa pada hari itu akan memperoleh pahala yang tidak diketahui besarnya kecuali oleh Allah. Hari kesembilan adalah hari "Arafat", barang siapa berpuasa pada hari itu, puasanya menjadi tebusan dosa untuk setahun yang lalu dan setahun mendatang.

Dan pada hari itu turunlah ayat :


"Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu, dan telah mencukupi ni'mat-Ku atasmu".

Hari kesepuluh adalah hari raya "Idhul - Adha", barangsiapa menyembelih qurban pada hari itu, maka untuk tetes pertama yang mengalir dari darah qurban itu Allah mengampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa anak keluarganya, dan barangsiapa pada hari itu memberi makan kepada seorang mu'min atau bersedekah, akan dibangkitkan oleh Allah pada hari Qiamat dalam keadaan aman, dan berat amal salehnya menjadi lebih berat dari gunung "Uhud" (Majalis)

Dihikayatkan bahwa Sufyan Atstsauri berkata : Pada suatu malam di bulan Dzulhijjah aku berjalan mengelilingi kuburan orang - orang Islam di Bashrah, tiba-tiba aku melihat cahaya bersinar dari salah satu kubur yang disusul oleh suara dari dalamnya berkata "Hai Sufyan ! berpuasalah pada hari-hari sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, agar engkau memperoleh cahaya seperti ini kelak". (Zabdatul-Wa'idhi)
Bersabda Rasulullah saw.
Barang siapa berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulam Muharram, maka ia telah menutup tahun yang lalu dan membuka tahun yang baru dengan berpuasa, puasa mana oleh Allah dijadikan tebusan dosa lima puluh tahun.

Diriwayatkan oleh 'Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :


Tiada suatu hari di mana Allah membebaskan hamba-hambanya dari neraka sebanyak yang dibebaskannya pada hari "Arafat".   (Zubdatul-Wa idhin).

Bersabda Rasulullah saw. :

Yang terafdal dari segala apa yang aku telah ucapkan dan dan diucapkan oleh para nabi sebelum aku, pada sepuluh hari ini ialah kalimat "Lailahaillallah wahdahu lasyarikalahu".

Bersabda Rasulullah saw. :

Tidak ada hari-hari dimana amal ibadah lebih afdal daripada hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Ditanya Rasulullah : Apakah termasuk pada bulan Ramadhan ? " beliau menjawab : "Amal ibadah dalam bulan Ramadhan lebih afdhal, akan tetapi hari-hari itu mempunyai kehormatan yang lebih besar !. (Mau idhah).

Menurut Abdullah Bin Abbas bahwa yang dimaksud kata "genap" dalam ayat-ayat tersebut diatas ialah hari "tarwiyah" dan hari "Arafat" sedang dengan kata "ganjil" ialah hari Raya Idul Adha".

Qatadah dan Mujahid berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata "genap" ialah para makhluk Tuhan, sedang dengan kata "ganjil" ialah Dzat Allah swt.

Alhasan berkata bahwa yang dimaksud dengan kata "genap" ialah shalat-shalat Dhuhur, Subuh, Ashar dan Isya' sedang dengan kata "ganjil" ialah Shalat Maghrib.

Sementara ulama berkata bahwa yang dimaksud dengan "genap" ialah hari Kamis dan Senen, sedang "ganjil" ialah hari Jum'at, lain ulama berkata bahwa genap "genap" adalah bulan Rajab dan Sya'ban, sedang "ganjil" adalah bulan Ramadhan. Bahkan ada ulama yang berkata bahwa yang dimaksud dengan "genap" adalah Nabi Adam dan Hawa, sedang "ganjil" adalah Nabi Muhammad saw.
Berkata sementara ulama bahwa yang dimaksud dengan "malam" dalam ayat-ayat tersebut diatas ialam malam Muzdalifah atau malam Mi'raj menurut pendapat Syekh Abu Said. (Tafsir  Hanafi).

Mengenai kata-kata dan malam yang sepuluh " dalam ayat-ayat tersebut ialah malam - malam sepuluh pertama bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan itu karena hari-hari itu adalah hari-hari orang melakukan manasikul-hajji, sedang hajji yang mabrur adalah ibadah yang terafdal, karena dapat menjadi penebus dosa-dosa sepanjang umur.

Apabila dimaksud dengan "malam yang sepuluh" ialah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata "fajar" ialah fajar hari Arafat atau Fajar hari Naher - hari Qurban.

Dakwah Sebelumnya Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
Artikel Selanjutnya Keterangan Tentang Rezeki

Recent Post

Comments

Popular Posts

Berziarah ke Makam Waliyullah

Adap-adap dalam Berziarah Ke Makam Waliyulloh Ketika mau masuk pintu gerbang makam wali, mulai dengan kaki kanan. Jangan mengeluarkan suara dan hidupkan hati dengan dzikir khofi. Berjalanlah dengan khusu' sampai ke depan pintu makam. Sebelum duduk, sampaikan salam dengan lafadz berikut : Assalamu'alaikum Yaa Waliyyallohi Tahiyyatan Minnii Ilaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu. Artinya : "Salam bagimu wahai kekasih Allah, hormat dariku (sendiri)/dari kami (berombongan) dengan rahmat Allah dan berkah-Nya. Terus membaca surat Al-Faatihah dalam posisi masih berdiri. Selanjutnya duduk bersama-sama dan kontrollah dalam hati agar kondisi dalam keadaan sedang berdzikir khofi. Lalu bertawasullah dengan cara seperti di berikut ini : Bismillahir rahmanir rohimi, Ila hadl rotin nabiyyil musthofa muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallama wa 'ala alihi wa ash habihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahli baitihi wa liman dakhola fi baitihi ajma'ina, syay...

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Kadangkala mereka harus menghada...

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir

Sunan Kalijaga Berguru Kepada Nabi Khidir Pengantar: Bagian ini memuat sebuah prosa yang dikutip dari Suluk · Linglung. Sebuah kitab klasik semacam kumpulan puisi yang berisi : dialog-pertemuan-dan wejangan Nabi Khidir kepada SunanKalijaga . Suluk ini aslinya berbahasa Jawa. menurut penelitiah : penulis isi dari suluk ini hampir sama dengan Serat Dewa Ruci yang  sebelumnya disinyalir oleh para sejarawan sebagai pertemuan Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir. Karena berupa suluk apalagi berisikan wejangan mahaguru para wali. maka orang awam tidak bisa hanya sekali baca langsung : mengerti. Ajaran-ajaran syari'at- ma'rifat-hakikat tingkat tinggi mewarnai suluk ini. PERTEMUAN SUNAN KALIJAGA DENGAN NABI KHDIR  Sete1ah menjalani latihan berat, berupa puasa dan riyadhah-riyadhah lainnya seperti dikubur hidup-hidup selama beberapa hari, Sunan Kalijaga menghadap gurunya yaitu Sunan Bonang. Berkata Sunan Bonang, "Muridku ketahuilah olehmu, jika kau ingin mendapatkan ...
Copyright © Tunjukilah Aku. All rights reserved.