Skip to main content

Kisah Keislaman Shuaib ra.

Kisah Keislaman Shuaib ra.


Shuhaib ra. memeluk Islam bersamaan dengan Ammar ra. Pada masa itu, Nabi saw. sering berada di tempat Arqam. Kedua orang ini menemui Rasulullah saw. secara bergantian. Kebetulan mereka bertemu di pintu rumah Arqam. Keduanya saling mengetahui maksud kedatangan masing-masing, yaitu untuk memeluk Islam dan berusaha mengambil manfaat dari kehidupan Nabi saw.

Setelah ia masuk Islam, dalam keadaan jamaah muslim yang masih sangat sedikit dan lemah, ia telah berani menunjukkan ke Islamannya kepada umum. Akibatnya, ia disiksa dan banyak menderita, sehingga ia berniat untuk berhijrah. Namun kaum kafir Quraisy sangat tidak setuju jika ia hijrah dan hidup dengan tenteram.

Jika orang-orang kafir itu mendengar ada orang yang mau berhijrah, maka mereka akan berusaha menangkapnya agar tidak dapat lolos dari gangguan mereka. Rencana Shuhaib ra. pun telah diketahui oleh orang kafir Quraisy. Mereka mengirim satu rombongan untuk menangkapnya. Dan Shuhaib ra. membawa panah yang ia sembunyikan. Ia berkata kepada kaum kafir Quraisy itu. "Dengarkanlah! kalian telah mengetahui bahwa aku ada pemanah yang paling mahir diantara kalian. Selama masih tersisa anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku, dan tidak akan bisa menangkapku. Jika panah-panah ini habis, aku akan menggunakan pedangku untuk melawan kalian. Dan pedang ini selalu berada di tanganku, sehingga kalian tidak dapat berbuat apapun. Jika kalian mau, sebagai ganti jiwaku, aku akan memberi tahu kalian tempat kekayaanku di Mekkah, dan kalian boleh ambil kedua budah perempuanku." Kaum kuffar menyetujui usul itu. Maka, ia serahkan seluruh kekayaannya kepada mereka. Dan atas kejadian ini, turunlah ayat Al-Qur'an  yang artinya :
"Dan diantara manusia ada yang menjual dirinya karena hendak mendari keridhaan Allah. Dan Allah amat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (Al-Baqarah : 207)

Ketika itu, Nabi saw. sedang berada di Quba. Ketika melihat kedatangan Shuhaib ra., beliau bersabda, "Perniagaan yang sangat menguntungkan, ya Shuhaib." Shuhaib ra. bercerita, "Suatu ketika Rasulullah saw. sedang memakan kurma, dan aku menyertai beliau makan. Ketika itu salah satu mataku sedang sakit, lalu Nabi saw, bersabda, "Hai Shuhaib, matamu sedang sakit tetapi kamu masih memakan kurma."Jawabku, Ya Rasulullah saw., aku makan dengan sebelah mataku yang sehat ini." Mendengar jawabanku itu, Rasulullah saw. tertawa.
Shuhaib ra. adalah orang suka berkorban, sehingga Umar ra. pernah berkata, "Kamu telah berlebih-lebihan, yang Shuhaib!" Jawab Shuhaib, "Saya tidak menggunakannya untuk hal yang sia-sia."Ketika Umar ra. hampir mendekati ajalnya, berliau berwasiat agar Shuhaiblah yang mengimami shalat jenazahnya.
Recent Post

Comments

Popular Posts

Berziarah ke Makam Waliyullah

Adap-adap dalam Berziarah Ke Makam Waliyulloh Ketika mau masuk pintu gerbang makam wali, mulai dengan kaki kanan. Jangan mengeluarkan suara dan hidupkan hati dengan dzikir khofi. Berjalanlah dengan khusu' sampai ke depan pintu makam. Sebelum duduk, sampaikan salam dengan lafadz berikut : Assalamu'alaikum Yaa Waliyyallohi Tahiyyatan Minnii Ilaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu. Artinya : "Salam bagimu wahai kekasih Allah, hormat dariku (sendiri)/dari kami (berombongan) dengan rahmat Allah dan berkah-Nya. Terus membaca surat Al-Faatihah dalam posisi masih berdiri. Selanjutnya duduk bersama-sama dan kontrollah dalam hati agar kondisi dalam keadaan sedang berdzikir khofi. Lalu bertawasullah dengan cara seperti di berikut ini : Bismillahir rahmanir rohimi, Ila hadl rotin nabiyyil musthofa muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallama wa 'ala alihi wa ash habihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahli baitihi wa liman dakhola fi baitihi ajma'ina, syay

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Kadangkala mereka harus menghada

Syekh Muhammad Sa’id Bonjol

Syekh Muhammad Sa’id Bonjol Di salah satu Pusat perjuangan Paderi (1803-1838), Bonjol, pernah pula menjadi pusat kajian Islam Tradisional Minangkabau yang masyhur namanya sampai akhir abad ke-20. Nama besar perguruan Islam Tradisional itu tak lain karena dedikasi dan ketenaran seorang ulama besar yang kharismatik di daerah ini. Ulama itu ialah Syekh Muhammad Sa’id Bonjol, terkenal pulalah beliau ini dengan panggilan “Imam Bonjol ke-II”. Masih tertulis dengan rapi nama Syekh Muhammad Sa’id Bonjol ini dalam buku-buku sejarah tua tentang Islam di Minangkabau, karena beliaulah penganjurnya yang gigih dan konsisten dengan akidah dan amalan yang dianut. Nama beliau paling banyak disebut apabila dihubungkan dengan jami’ah (organisasi) ulama-ulama Tua Minangkabau, PERTI , sebagai salah seorang sesepuh yang dihormati, teman seperjuangan Inyiak Syekh Sulaiman ar-Rasuli Candung. Organisasi Kaum Tua ini terkenallah sebagai wadah persatuan Ulama-ulama besar yang setia terhadap Mazha
Copyright © Tunjukilah Aku. All rights reserved.