Skip to main content

Berziarah ke Makam Waliyullah

Adap-adap dalam Berziarah Ke Makam Waliyulloh

Ketika mau masuk pintu gerbang makam wali, mulai dengan kaki kanan. Jangan mengeluarkan suara dan hidupkan hati dengan dzikir khofi. Berjalanlah dengan khusu' sampai ke depan pintu makam. Sebelum duduk, sampaikan salam dengan lafadz berikut :

Assalamu'alaikum Yaa Waliyyallohi Tahiyyatan Minnii Ilaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu.

Artinya : "Salam bagimu wahai kekasih Allah, hormat dariku (sendiri)/dari kami (berombongan) dengan rahmat Allah dan berkah-Nya.

Terus membaca surat Al-Faatihah dalam posisi masih berdiri. Selanjutnya duduk bersama-sama dan kontrollah dalam hati agar kondisi dalam keadaan sedang berdzikir khofi. Lalu bertawasullah dengan cara seperti di berikut ini :

  1. Bismillahir rahmanir rohimi, Ila hadl rotin nabiyyil musthofa muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallama wa 'ala alihi wa ash habihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahli baitihi wa liman dakhola fi baitihi ajma'ina, syay'ul lillahi lahumul fatihata. Artinya : Ya Allah semoga disampaikan pahala yang ini ke hadapan Nabi Muhammad Saw, semoga Allah menambah rahmat kepada Nabi serta keselamatan kepada keluarga, sahabat, istri, anak cucu, ahli rumahnya dan siapa saja yang masuk ke dalam rumahnya, segala perkara kepunyaan Allah.
  2. Tsumma ila arwahi abaihi wa ummahaatihi wa ikhwanihi minal anbiya'i wal mursalina, wal mala'ikatil muqorrobina, wal karubiyyina wasy syuhada'i wash sholihina wa ali kulliw wa ash habi kulliw wa ila ruhi abina adama wa ummina hawa wama tanasala bainahuma ila yaumid dini, syay'ul lillahi lahumul fatihata. Artinya : "Semoga disampaikan kepada ruh dari ayah-ayahnya, ibu-ibunya, saudara-saudaranya dari pada para nabi, kepada mursalin dan malaikat karobin dan mereka yang mati syahid dan kepada para solihin dan keluarganya dan sahabatnya dan kepada ruh bapak kita sekalian yakni Nabi Adam dan Ibu kita sekalian yakni Siti Hawa dan keturunan dari keduanya hingga hari kiamat, segala perkara kepunyaan Allah."
  3. Tsumma ila arwahi sadatina wa mawalina, wa a'immatina abi bakrin wa 'umaro wa 'ustmana wa 'aliyiw wa ila baqiyatish shohabati wal qurobati wattabi'ina wa tabi'it tabi'ina lahum bi ihsani ila yaumid dini, syay'ul lillahi lahumul fatihata. Artinya : "Semoga disampaikan kepada ruh-ruh para pembesar Islam kita dan kepada yang mengurus kita dan kepada Imam kita sekalian yakni Abu Bakar, 'Umar, 'Ustman dan 'Ali dan kepada semua sahabat dan kerabat, kepada tabi'in dan yang mengikuti tabi'in, segala perkara kepunyaan Allah."

Recent Post

Comments

Popular Posts

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Kadangkala mereka harus menghada

Syekh Muhammad Sa’id Bonjol

Syekh Muhammad Sa’id Bonjol Di salah satu Pusat perjuangan Paderi (1803-1838), Bonjol, pernah pula menjadi pusat kajian Islam Tradisional Minangkabau yang masyhur namanya sampai akhir abad ke-20. Nama besar perguruan Islam Tradisional itu tak lain karena dedikasi dan ketenaran seorang ulama besar yang kharismatik di daerah ini. Ulama itu ialah Syekh Muhammad Sa’id Bonjol, terkenal pulalah beliau ini dengan panggilan “Imam Bonjol ke-II”. Masih tertulis dengan rapi nama Syekh Muhammad Sa’id Bonjol ini dalam buku-buku sejarah tua tentang Islam di Minangkabau, karena beliaulah penganjurnya yang gigih dan konsisten dengan akidah dan amalan yang dianut. Nama beliau paling banyak disebut apabila dihubungkan dengan jami’ah (organisasi) ulama-ulama Tua Minangkabau, PERTI , sebagai salah seorang sesepuh yang dihormati, teman seperjuangan Inyiak Syekh Sulaiman ar-Rasuli Candung. Organisasi Kaum Tua ini terkenallah sebagai wadah persatuan Ulama-ulama besar yang setia terhadap Mazha
Copyright © Tunjukilah Aku. All rights reserved.